Mahasiswa UNSOED Ukir Prestasi Di Istambul Turky dengan Alat Pengolah Limbah Batik
[unsoed.ac.id, Kam, 04/11/21] Empat orang mahasiswa dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang terdiri atas Putri Ramadani, Yasinta Nida Arroyan, Wafa Nur Azizah, dari Fakultas Biologi dan Febriansyah Dwi Putra dari Fakultas Teknik dengan Pembimbing Dr. Ratna Stia Dewi, S.Si, MSc ukir prestasi di kompetisi internasional “6th Istanbul International Inventions Fair’21”. Putri dan tim sukses meraih best invention medal dan best International award dengan judul invensi “ MY-ZEO : Mycoremediation and Zeolit Filter with Sensor for Textile and Batik Wastewater Treatment”.
MY-ZEO merupakan produk inovasi berupa alat pengolah limbah khususnya limbah pewarna tekstil dan batik berbasis mikroorganisme jamur. Kegiatan internasional yang diikuti pula oleh kampus ternama dari berbagai negara termasuk kampus-kampus dari Indonesia ini dilaksanakan pada 21-26 September 2021 lalu.
Alat yang dirancang tersebut menggunakan bahan biologis berupa teknobiologi mikroorganisme jamur dan bahan alam sebagai filtrasi yang digerakkan dengan menggunakan motor listrik. MY-ZEO dapat memulihkan kandungan bahan pencemar lingkungan dalam air limbah batik menjadi lebih ramah lingkungan. Selain warna, alat ini dapat memulihkan Total suspended Solid (TSS), Khrom total, Ammonia Bebas, Fenol, dan pH, sehingga sesuai dengan nilai baku mutu.
Limbah industri diantaranya limbah batik menjadi permasalahan yang belum dapat ditangani optimal. Pengadaan alat pengolah limbah dengan harga tinggi menjadi kendala utama para pelaku home industri batik. MY-ZEO dapat menjadi salah satu upaya solusinya, dengan bahan dasar alami yang dapat diproduksi berkelanjutan dapat dimanfaatkan dengan nominal yang lebih ekonomis.
Dr. Ratna Stia Dewi S.Si.,M.Sc, pembimbing yang merupakan dosen Biologi mengatakan bahwa penelitian sudah dilakukan sejak setahun yang lalu, yaitu dengan memperkenalkan teknologi enzim untuk mendegradasi atau menetralkan limbah batik sehingga menjadi bersih. “ini adalah pengembangan dari inovasi sebelumnya, yang lalu kita membuat inovasi biologisnya kali ini kita buat menjadi alat. Ini dalam bentuk prototip 13,5 liter sehingga dapat ditetapkan pada industry besar dan home industry”, jelasnya.
Lebih lanjut Dr. Ratna menjelaskan bahwa limbah tekstil atau batik mempunyai komponen yang sangat mencemari lingkungan atau biota sungai. “Senyawa yang berbahaya dalam tekstil dampaknya bisa berbahaya,. Microba jika terkena limbah batik & bisa bermutasi genetik kemudian menghasilkan microba baru yang berbahaya bagi lingkungan”, ungkapnya.
Putri mengungkapkan bahwa kompetisi di Turky ini menjadi pengalaman yang sangat berharga. “Kami bias bertemu dengan peserta dari berbagai negara termasuk peserta dari kampus kampus ternama lainnya dari Indonesia,” ungkapnya. Putri berharap hal ini dapat meningkatkan semangat lagi dalam mengukir prestasi dan dapat pula menjadi inspirasi bagi teman-teman yang lain.”Pada saat pengumuman awalnya sempat tidak percaya, kebetulan juga pengumumannya menggunakan Bahasa Turky jadi kami baru sadar saat diberitahu oleh teman dari turkey menggunakan Bahasa Inggris, rasanya kaget, senang, campur aduk menjadi yang terbaik sekaligus dapat best invention awards,” ungkapnya.
Perjuangan putri dan teman-teman di tengah-tengah pandemi yang belum reda juga tidak mudah. Berbagai karantina harus dijalani baik saat berangkat maupun pulang kembali ke tanah air.
#unsoedmajuterus