Himagrotek Dampingi Petani Kemukus Pada Program Hibah Wira Desa
[unsoed.ac.id, Sen, 11/10/21] Tim Himagrotek Fakultas Pertanian Unsoed mendapatkan hibah pendanaan dalam program kompetitif "Wira Desa" yang difasilitasi oleh Belmawa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-ristek), untuk mengembangkan Potensi Desa Kemawi, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Tim bermitra dengan Kelompok Tani Sekar Aji yang telah lama berkecimpung dalam kegiatan Budidaya dan pemasaran berbagai macam komoditas pertanian khususnya tanaman rempah.
Tim Himagrotek diketuai oleh Hendra (A1D019003) beranggotakan 9 mahasiswa, yaitu : Irwandhi (A1D019018), Hilmy Ihza Rakhman (A1D019031), Farah Fadhilah Husen (A1F018008), Sekar Arum Prabaningtyas (A1D019051), Annisa Islamiati (A1D019085), Myra Faridah Elvina (A1D019191), Rosita Dewi (B1A019144), Haris Raditya Subandrio (B1B019013), dan Adinda Azhaar Khairunnisa (B1B019026). Proses kegiatan pendampingan terhadap petani Kemukus ini didampingi oleh Dosen pembimbing lapang Dr. Purwanto, S.P., M.Sc,
Hendra selaku ketua tim mengatakan bahwa tim mecoba memberikan solusi yaitu inisiasi pembentukan sentra produksi biji kemukus di Desa Kemawi, memperluas koneksi perdagangan kemukus, dan solusi atas kendala gagal panen akibat serangan hama dan penyakit akar dengan inovasi budidaya Kemukus menggunakan sistem sambung.
“Potensi sumberdaya yang dikembangkan melalui program Wira Desa ini adalah tanaman kemukus sebagai salah satu komoditas rempah unggulan dari Desa Kemawi. Tanaman Kemukus yang memiliki nama latin Piper Cubeba ini merupakan salah satu jenis tanaman obat yang sangat banyak kegunaannya, sehingga dibutuhkan oleh industri obat tradisional. Buah kemukus berkhasiat untuk obat pada penyakit gonorrhoe, penyakit kelamin, bronchitis, disentri, radang selaput lendir saluran kemih, penyakit perut dan obat mencret”, urai Hendra.
Buah kemukus digunakan pula dalam ramuan obat sesak napas, menghilangkan bau mulut, peluruh dahak, peluruh air seni, kencing bernanah, penyakit gula dan penghangat badan. Selain itu juga merupakan rempah-rempah sebagai pengharum dan penyedap masakan. Ditambah dengan fakta bahwa pasokan nasional buah kemukus setiap tahunnya hanya sekitar 222 ton buah segar, sedangkan serapan buah kemukus setiap tahunnya untuk kebutuhan industri obat tradisional (IOT), industri kecil obat tradisional (IKOT) dan obat tradisional dalam rumah tangga sekitar 325,40 ton. Dengan demikian terdapat defisit sekitar 103,40 ton buah kemukus.
Adanya fakta tersebut harusnya menjadi peluang bagi masyarakat Desa Kemawi untuk meningkatkan penghasilan karena tanaman kemukus memiliki nilai jual dan prospek yang cerah. “Namun sayangnya terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh Kelompok Tani Sekar Aji, misalnya seperti proses budidaya Kemukus yang sering mengalami kendala, yaitu gagal panen yang diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit pada akar, belum terbentuknya sentra produksi biji kemukus di Desa Kemawi dan diversifikasi produk olahan kemukus, serta lingkup pasar yang masih terbatas”, ungkap Hendra.
Kegiatan pendukung dalam program intensifikasi budiaya kemukus selanjutnya adalah penyerahan bibit Indigofera sebanyak 1500 pohon. Tanaman indigofera nantinya akan digunakan sebagai tanaman penyangga/ajir bagi tanaman kemukus. “Tim himagrotek selaku pelaksana wiradesa juga melakukan pendampingan kepada petani dalam memproduksi bibit dengan teknik penyambungan pada tanaman kemukus”, jelasnya.
Kepala Desa Kemawi, Sumarno menyampaikan dukungannya agar program potensial ini dapat bermuara pada peningkatan kesejahteraan kelompok tani dan warga desa. Senada dengan Kepala Desa Kemawi, Kalim, selaku Ketua Kelompok Tani Sekar Aji, turut memberikan apresiasi dan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Universitas Jenderal Soedirman / Unsoed yang telah bersedia bekerja sama membangun desa. [source:hendra editor:ohr]
#unsoedmajuterus