Webinar : Optimisme Perekonomian Indonesia 2021
[unsoed.ac.id, Kam, 25/11/21] Lab Pengembangan Ilmu Ekonomi, dan Lab Perbankan FEB UNSOED mengadakan webinar dengan tema “Kaleidoskop Perekonomian Indonesia 2021: Optimisme Perekonomian Indonesia ke Depan dari Sudut Pandang APBN, Sektor Keuangan, dan Sektor Riil”, Senin (21/11). Kepala Laboratorium Pengembangan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed, Irma Suryahani berharap, webinar bisa memberi masukan bagi perekonomian Indonesia di masa mendatang. ”Ada sumbangsih pemikiran dari sudut pandang APBN, sektor keuangan, dan sektor riil,” ungkapnya.
Dalam webinar, Direktur Anggaran Kementerian Keuangan, Dr. Purwanto,SE.,M.SC mengatakan bahwa kondisi dunia yang belum pasti akibat Covid-19 masih memberikan tantangan pada pemulihan ekonomi, termasuk Indonesia. Kini, sejumlah aktivitas sudah berjalan meski belum sepenuhnya ideal. Beberapa sektor yang menggeliat adalah manufaktur, nikel, dan minyak sawit. Purwanto mengatakan, aktivitas konsumsi masyarakat juga berangsur membaik meski belum pulih sepenuhnya. ”Indeks keyakinan konsumen ada di angka 96,5. Orang masih di antara yakin dan tidak yakin. Kalau di atas 100, itu kuat sekali, orang berani ambil kredit dan berani belanja. Sekarang orang belanja kebutuhan pokok saja,” paparnya.
Dr. Purwanto juga menginformasikan, penjualan kendaraan niaga tumbuh 63,3 persen pada September 2021. Hal ini seiring meningkatnya permintaan dari segmen logistik, terutama truk dan pikap. Pergerakan APBN juga belum sepenuhnya ideal. Menurutnya, belanja negara tercatat Rp 1.806 triliun hingga 22 Oktober 2021. Transfer daerah dan dana desa tumbuh minus 14,0 persen meski pembiayaan investasi tumbuh 172 persen. ”(Belanja negara) ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,9 persen,” katanya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa ke depan, pihaknya tetap mewaspadai sejumlah kemungkinan, seperti melemahnya nilai tukar dan potensi gelombang ketiga Covid-19. Keberadaan APBN yang harus menyelamatkan ketika ekonomi sedang rendah, kondisinya kini sedang negatif. ”Kita jaga pertumbuhan, perbaikan perekonomian yang membaik, dan target konsolidasi fiskal 2023. Konsolidasi fiskal itu artinya kemampuan APBN terus dijaga supaya berkelanjutan,” ujarnya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Regional IV Jatim Bambang Mukti Riyadi menambahkan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2021 sejalan dengan pertumbuhan kredit sektoral. Industri pengolahan, perdagangan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan konstruksi merupakan sektor yang menggenjot pertumbuhan PDB dan menyerap kredit besar hingga triwulan III-2021. ”Harapannya tetap konsisten dengan waktu tersisa kurang dari dua bulan pada tahun ini,” kata Bambang.
Sementara itu CEO Agra Guratama Raya Group of Company, Jamhari, menyampaikan bahwa secara umum, pasar industri furnitur mengalami gejolak seiring fenomena perang dagang China-Amerika Serikat pada tahun 2018. China menguasai sekitar 56 persen pangsa pasar furnitur eksportir dunia, sekitar 178 miliar dollar AS. Sementara AS mengimpor sekitar 18 persen lainnya. Dampaknya kian buruk akibat pandemi. Menurut Jamhari, nilai ekspor mebel Indonesia pada 2020 sempat meningkat sekitar 18 persen. Namun, fenomena itu berbalik di paruh pertama 2021 ketika industri di China sudah pulih dan mulai restocking pasar.
#unsoedmajuterus