Diskusi Publik Jurusan Ilmu Politik FISIP UNSOED dan GEBRAK RI
[unsoed.ac.id, Sen, 04/03/24] Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman menjadi tuan rumah bagi diskusi publik yang menggugah tentang "Banyumas dan Kepemimpinan Masa Depan", Sabtu, 2 Maret 2024. Acara ini adalah hasil kolaborasi antara Jurusan Ilmu Politik FISIP Unsoed dan GEBRAK (Gerakan Bersama Rakyat Anti Korupsi), LSM terkemuka dalam upaya pemberantasan korupsi di Banyumas.
Diskusi tersebut dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Universitas Islam Negeri (UIN) Saifuddin Zuhri, Universitas Wijaya Kusuma (Unwiku), perwakilan LSM dan organisasi masyarakat (ormas), perwakilan partai politik, penyelenggara pemilu, serta para pejabat publik dan tokoh masyarakat. Narasumber utama dalam acara ini adalah Ahmad Sabiq, SIP. MA, dan Dr. Tri Wuryaningsih, M.Si.
Ahmad Sabiq membuka diskusi dengan menyampaikan pandangan kritis tentang dinamika pemilihan pemimpin daerah pada umumnya. Menurutnya, meskipun rakyat memiliki kebebasan untuk memilih, namun stok pemimpin yang ada bukan rakyat yang menentukan. Sabiq mengibaratkan situasi ini dengan analogi memilih makanan yang pilihannya seringkali sangat terbatas, bahkan terkadang hanya ada satu menu yang tersedia seperti pilkada-pilkada yang hanya menghadirkan satu calon.
Dalam situasi seperti itu, sulit untuk berharap munculnya kepemimpinan yang transformatif dan bervisi masa depan. Kebebasan rakyat untuk memilih menjadi kurang bermakna karena dipaksa memilih menu terbatas yang isinya adalah sosok medioker, bukan pemimpin yang berkualitas. "Monopolisasi elitis ini mestilah dilawan," tegas Sabiq.
Ia menyoroti pentingnya masyarakat di Banyumas melawan dominasi elit dalam politik dengan memaparkan konsep Blok Politik Demokratis yang ditawarkan DEMOS sebagai solusi. Tujuannya adalah mengorganisir jejaring konsolidasi kekuatan progresif dari masyarakat sipil, organisasi kerakyatan, dan organisasi politik untuk menjalankan aksi politik secara demokratis.
Sementara itu, Tri Wuryaningsih menyoroti isu yang sangat penting mengenai diskriminasi terhadap perempuan dalam struktur politik saat ini. Ia mempertajam fokusnya pada ketidaksetaraan gender dalam akses dan partisipasi politik, menyoroti tantangan yang dihadapi oleh perempuan dalam mencapai posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan.
Ia juga menekankan perlunya mencari pemimpin yang memiliki rekam jejak dan visi untuk membangun Banyumas, serta mengubah paradigma masyarakat untuk mengikis politik uang. "Dalam mencari pemimpin, kita harus mengingat bahwa rakyatlah yang butuh pemimpin, bukan sebaliknya. Ketika pemimpin butuh rakyat, maka akan terjadi politik transaksional," ungkap Tri Wuryaningsih.
Diskusi tersebut juga mengemukakan karakteristik pemimpin yang dibutuhkan, antara lain memiliki modal sosial dan politik, keberanian yang kuat dan mampu mengkapitalisasi modal sosial dan politik sehingga tidak bergantung pada modal finasial. Pemimpin Banyumas mendatang diharapkan mampu menjadi sosok yang peka terhadap permasalahan serta memberikan solusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dengan peserta dari berbagai latar belakang, diskusi ini berhasil menciptakan ruang dialog yang kritis dan konstruktif mengenai masa depan kepemimpinan di Banyumas. Semangat untuk memperbaiki tatanan politik dan menumbuhkan kepemimpinan yang transformatif tumbuh semakin kuat dari acara ini. Harapannya, acara ini akan menjadi bola salju yang membawa perubahan signifikan untuk kemajuan Banyumas ke depan.
#unsoedmajuterus
#merdekamajumendunia