Skip to main content

Inovasi Super Hydrophobic Sand Mulch, Pengganti Mulsa Plastik

[unsoed.ac.id, Rab, 11/10/23] Evaporasi yang terjadi di lahan pantai telah menyebabkan lahan tersebut tidak dapat ditanami atau dimanfaatkan sebagai lahan budi daya. Padahal lahan pantai di Indonesia sangatlah luas dan sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan secara maksimal. Menyikapi hal tersebut, mahasiswa dari Universitas Jenderal Soedirman telah memberikan solusi agar evaporasi pada lahan pantai dapat diminimalkan.

Kelima mahasiswa anggota kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) yang terdiri dari Mutiara Sakinah, Muhammad Haidar Yahya, Alifia Ayu, Ovifah Umi, dan Mar'atul Mu'ayadah kini sedang mengembangkan Super Hydrophobic sand mulch.

“Super Hydrophobic sand mulch ini terinspirasi dari mulsa plastik yang digunakan oleh para petani. Para petani biasanya menggunakan mulsa plastik untuk menahan penguapan berlebih, sehingga tanaman akan mendapatkan air yang cukup dari tanah. Namun, kecenderungan plastik yang sulit terurai membuat mulsa plastik menjadi limbah ketika masa panen telah datang dan dapat merusak serta mencemari lingkungan,” ungkap Mutiara Sakinah.

Menurutnya, hal ini tentu dapat menambah banyaknya sampah plastik yang menumpuk di bumi. Selain menjadi sampah, penggunaan mulsa plastik juga dapat membuat berkembangnya mikroorganisme yang menyebabkan tanaman bisa terserang penyakit. Disamping itu, harga dari mulsa plastik yang tidak murah juga menambah kekurangan dari alat penahan evaporasi ini.

“Pembuatan pasir Hydrophobic ini dilakukan dengan men-coating pasir pantai dan sungai menggunakan larutan yang telah diformulasikan. Coating yang dilakukan ini membuat pasir dapat menahan laju penguapan pada tanah sehingga kadar air dalam tanah tidak menguap terlalu banyak”, jelasnya.  

Penelitian dilaksanakan mulai awal Juli hingga Oktober ini akan dilakukan di dua tempat yaitu Laboratorium dan lahan terbuka. Lahan terbuka digunakan sebagai tempat  uji coba Sand mulch yang telah dilakukan selama 2 minggu.

Penggunaan pasir Superhydrophobic ini ialah dengan meletakkan pasir Superhydrophobic langsung ke atas tanah. Hal ini dikarenakan pasir Superhydrophobic tidak akan mencemari lingkungan apabila coating-nya telah hilang. Penggunaan pasir ini dapat diukur dengan ketinggian dari sand mulch dengan mengukur menggunakan kertas filter sebagai patokan pengukuran.

Uniknya, penyiraman tanah yang menggunakan pasir Superhydrophobic ini menggunakan selang yang dimasukkan ke dalam polybag. Penyiraman ini dilakukan karena tidak bisa menyiram tanah melalui atas karena terhalang dengan pasir Superhydrophobic. Ini tentu menjadi hal baru yang akan dilakukan oleh para petani. Penyiraman ini juga akan membuat mereka mengetahui metode penyiraman selain dengan menyiram langsung ke tanah atau ke daun.

Sebagai informasi, Superhydrophobic sand mulch adalah salah satu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang berhasil mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)  pada tahun 2023. Sebagai dosen pembimbing kelompok ini, Afik Hardanto, S.Tp,. M.Sc,. P.hD. berharap pasir Superhydrophobic dapat bermanfaat dan berperan dalam mengurangi sampah plastik yang digunakan oleh para petani. Selain itu agar inovasi ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain atau generasi muda untuk terus berkarya dalam bidang pertanian dan untuk masa depan yang lebih baik.

#unsoedmajuterus

#merdekamajumendunia