Skip to main content

Kisah Orang Tua Pengantar: Rela Tidak Kerja dan Tempuh Perjalanan Jauh Demi Dampingi Anak Tes UTBK

[unsoed.ac.id, Jum, 17/05/24] Perjuangan masuk perguruan tinggi melalui jalur UTBK, memang tidak mudah dan selalu memunculkan kisah-kisah heroik. Bukan hanya peserta yang harus berjibaku menyelesaikan puluhan soal ujian  dengan waktu yang sangat terbatas, namun ada pula kisah orang tua peserta yang rela tidak bekerja, dan harus menempuh perjalanan jauh, demi mengantar serta menunggui anaknya yang mengikuti tes UTBK.

Zamroni (53) dan Saridah (48) misalnya, suami istri asal Bekasi Jawa Barat ini, dengan sabar menunggu anaknya, Monira Feriyal Faza (17) yang sedang melaksanakan tes UTBK di Gedung Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPIK) Unsoed, Kamis siang (16/5).  Ketika ditemui di halaman parkir Gedung FPIK, Zamroni dan Saridah menceritakan, bahwa untuk keperluan tes UTBK, mereka sudah berangkat dari Bekasi sejak Selasa (14/5) atau dua hari sebelumnya.

“Kami dari Bekasi hari Selasa tanggal 14, langsung ke Yogyakarta menjemput anak saya yang sedang bimbingan belajar di sana. Kemarin (Rabu) pagi, kami melanjutkan perjalanan dari Yogyakarta ke Purwokerto. Sampai di Purwokerto jam empat sore. Kemudian menginap semalam dan ujiannya baru dilaksanakan saat ini (sesi siang, Kamis,red.),”jelasnya.

Meski harus menempuh perjalanan jauh, Zamroni dan Saridah mengaku tidak merasa lelah. Hal ini karena mereka berdua ingin membersamai perjuangan anaknya. “Saya ambil cuti dua hari untuk mengantar anak tes UTBK di Unsoed. Semoga kehadiran kami berdua, jadi motivasi untuk anak kami dan berhasil masuk ke jurusan yang diinginkan,”terang Zamroni.”Anak saya ingin kuliah di kedokteran,”tambahnya.

Hal serupa juga dialami Wasroh (50) dan istrinya. Pasangan suami-istri asal Kabupaten Brebes ini sedang duduk-duduk di serambi masjid Fakultas MIPA ketika menunggui anaknya. Wasroh, istri dan anaknya berangkat dari Brebes sejak jam tujuh pagi, dan sampai di Purwokerto  jam sepuluh. Wasroh yang sehari-hari berjualan buah-buahan di Pasar Brebes ini mengaku bahwa hari itu dirinya memang sengaja tidak berdagang demi mengantar anaknya tes UTBK di Unsoed.

“Anak yang UTBK ini anak pertama. Adiknya masih kelas enam SD dan hari ini kami tinggalkan di Brebes. Kami titipkan seharian ini ke neneknya. Padahal dia juga lagi masa ujian,”papar Wasroh.

Wasroh menuturkan, anaknya yang sedang tes UTBK, bercita-cita menjadi guru. Oleh karena itu, pilihan kuliahnya adalah universitas pendidikan yang ada di Semarang, namun mengikuti tes UTBK di Unsoed karena dianggap lebih dekat dari Brebes. “Semoga lulus, di mana pun pilihan kuliahnya,”pungkas Wasroh.

Kisah lain datang dari Kholidin (45), warga asal Randudongkal, Kabupaten Pemalang. Dia datang ke Unsoed tidak hanya mengantar anaknya, tapi juga dua keponakannya yang sama-sama tes UTBK di Unsoed. Total, dia mengantar dan menunggui tiga peserta UTBK sekaligus. Yang satu tes di Fakultas MIPA, yang dua di laboratorium riset terpadu. Karena bawa tiga anak, maka ia menyewa mobil dan sopir dari Pemalang.

“Kami dari Pemalang jam tujuh. Sampai Purwokerto setengah sepuluh. Kami sengaja datang lebih awal agar anak-anak punya kesempatan untuk istirahat,”jelas Kholidin yang diiyakan Husrin (50), sopir yang disewa Kholidin, ketika ditemui di pelataran parkiran Fakultas MIPA, Kamis (16/5).

Jika Kholidin harus menyewa kendaraan dan sopir, hal berbeda dialami Andi Sumanto (52) asal Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Ia merasa cukup beruntung, dari Tegal ke Purwokerto ada transportasi umum yakni kereta api. Andi menceritakan, dia dan anaknya naik kereta api dari Tegal pukul 09.30 dan sampai di Purwokerto pukul 11.00.

“Sebenarnya di Purwokerto banyak saudara. Tapi kayaknya lebih manteb kalau saya antar dan temani sendiri anak saya tes di sini, biar anaknya semangat. Ya walaupun saya jadinya tidak kerja hari ini, tidak apa-apa, yang penting bisa menemani anak berjuang menggapai cita-citanya,”katanya.

Andi menceritakan, anaknya tertarik dengan tekhnik informatika. Oleh karena itu, pada tes UTBK kali ini, anaknya memilih jurusan tekhnik informatika sebagai pilihan studinya. Andi juga menegaskan lebih setuju jika anaknya dapat kuliah di Purwokerto, daripada harus kuliah di kota besar seperti Yogyakakarta dan Jakarta. Andi khawatir, pergaulan di kota besar justru akan menghambat studi anaknya.

“Dulu saya juga pernah tes masuk Unsoed tahun 1992, ingin kuliah di jurusan Administrasi Negara Fisip. Tapi tidak diterima. Mudah-mudahan sekarang kesampaian kuliah di Unsoed sama anak saya,”pungkasnya.

#unsoedmajuterus

#merdekamajumendunia