Kolaborasi HI UNSOED dan BPPK KEMENLU Adakan Forum Debriefing
[unsoed.ac.id, Jum, 05/03/21] Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI bekerja sama dengan Jurusan Hubungan Internasional Fisip Universitas Jenderal Soerdirman (Unsoed), menggelar Forum Debriefing Kepala Perwakilan RI secara virtual. Dalam kesempatan tersebut, Bapak Budhy Santoso (Duta Besar RI untuk Panama merangkap Honduras, Kosta Rika, & Nikaragua periode 2016 – 2020) dan Ibu Amelia Achmad Yani (Duta Besar RI untuk Bosnia dan Herzegovina periode 2016 – 2020) berbagi pengalaman dan kiprah mereka sebagai Kepala Perwakilan di negara akreditasi, selain itu juga menyampaikan berbagai potensi kerja sama yang masih dapat digali oleh Pemerintah Indonesia.
Forum dibuka oleh Kepala Pusat P2K2 Amerika dan Eropa BPPK, Dr. Ben Perkasa Drajat, Rektor Unsoed, Prof.Dr.Ir. Suwarto, MS, dan Dr. Djarot Santoso, M.S, Dekan FISIP Unsoed. Acara diskusi dipandu oleh Ibu Listyowati (Diplomat Ahli Madya, P3K2 Amerop BPPK), dengan Bapak Arif Darmawan, S.IP, M.Si (Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, FISIP Unsoed) sebagai pembahas.
Rektor Unsoed, Prof.Dr.Ir. Suwarto, MS, dalam sambutannya menyampaikan Perguruan tinggi diberikan mandat oleh negara sebagai rumah ilmu pengetahuan. Tempat persemaian, di mana gagasan atau pemikiran menjadi tumbuh dan berkembang sebagai upaya menjawab kebutuhan dan tantangan zaman. “Salah satu sumber ide dan gagasan adalah aktivitas debriefing, yakni menggali pengalaman suatu program, kegiatan atau pun aktivitas, sehingga dapat teridentifikasi, dikaji dan dielaborasi. Melalui pendekatan debriefing, dapat menjadi sumber analisis kelebihan, kelemahan, peluang dan kendala yang dialami. Sehingga, dapat menjadi sumber pembelajaran ke depan yang lebih proyektif, kalkulatif sekaligus antisipatif”, ungkap Rektor.
Dalam kesempatan ini, Duta Besar Budhy Santoso berbagi pengalaman sebagai Kepala Perwakilan RI dan informasi terkait hubungan dan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Panama serta negara rangkapan KBRI Panama. Pada Kesempatan tersebut, menyampaikan informasi mengenai geopolitik Panama sebagai salah satu Pelabuhan terbesar di Pacific Rim, dan didukung oleh Terusan Panama yang merupakan penghubung jalur perdagangan dari Pasifik ke Atlantik. “Tren perdagangan ekonomi dari tahun 2015 – 2020 mengalami tren positif di Nikaragua dan Honduras, dan tren negative di Panama dan Kosta Rika. Namun kinerja diplomasi ekonomi KBRI Panama mengalami peningkatan khususnya pada saat dunia diterpa oleh pandemi Covid-19”, ungkapnya. Selain itu, kerja sama pendidikan, maritim, dan politik mengalami kemajuan yang positif. Dubes juga menekankan perlu adanya proaktif dari pemerintah daerah di Indonesia untuk menjajagi peluang ekonomi karena keempat negara akreditasi KBRI Panama City yaitu Panama, Honduras, Kosta Rika dan Nikaragua memiliki karakteristik masing-masing dan terdapat banyak peluang kerja sama yang dapat dilakukan secara G-to-G maupun B-to-B.
Duta Besar Amelia Achmad Yani dalam paparannya menyampaikan pengalaman selama menjadi Duta Besar di Bosnia – Herzegovina, mulai saat masyarakat setempat kurang mengenal Indonesia hingga nama dan budaya Indonesia dikenal secara luas oleh masyarakat dan Pemerintah setempat yang disebabkan aktivitas diplomasi budaya yang intens dilakukan KBRI Bosnia-Herzegovina. Beliau juga memberikan gambaran yang komprehensif mengenai situasi sosial budaya serta pembangunan paska perang yang terjadi di Bosnia – Herzegoviina. Dubes juga memberikan informasi mengenai peningkatan persentase perdagangan Indonesia dan Bosnia-Herzegovina yang sangat tinggi mencapai 300%,
Selanjutnya Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Multilateral BPPK, Rio Budhi Rahmanto, Ph.D berkemsempatan memberikan paparan kajian Vegetable Oil dan TABLEAU dan kontribusinya terhadap Sustainable Development Goals pada saat gencarnya misinformasi dan diskriminasi terhadap minyak nabati kelapa sawit di dunia internasional, seperti di Uni Eropa, Pakistan dan Rusia. Kepala Pusat Rio Budhi Rahmanto menambahkan bahwa Indonesia telah dengan gencar pula melakukan diplomasi minyak nabati dengan mengarusutamakan dan merubah narasi kontribusi dan mendorong penerapan standar keberlanjutan minyak sawit dalam SDGs, serta terus berupaya untuk melakukan kajian positif minyak nabati demi mendukung proses diplomasi diseluruh tingkat kerjasama internasional.
Menurut Ketua Panitia, Dr. Agus Haryanto, Pendaftar untuk forum Debriefing diikuti setidaknya 569 peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa dari UNSOED maupun perguruan tinggi lain, Pemerintah Daerah, BUMN, media, perwakilan RI di luar negeri, serta berbagai satuan kerja terkait di Kementerian Luar Negeri, baik melalui platform zoom maupun streaming youtube HI UNSOED. Peserta terlihat sangat antusias dalam mengikuti jalannya forum. Dalam sesi tanya jawab, peserta aktif menggali informasi terkait pengalaman dan peluang kerja sama dari para Duta Besar yang hadir sebagai narasumber. Hal tersebut menunjukkan bahwa forum Debriefing selain sebagai wadah berbagi pengalaman dan pengetahuan para-Duta Besar, juga dapat menjembatani kerja sama antara Perguruan Tinggi dan para pelaku usaha dengan Perwakilan RI.
Maju Terus Pantang Mundur, Tidak Kenal Menyerah!