Skip to main content
panen kedelai superbodi

Sukses Panen Kedelai Hasil Teknologi Superbodi

[unsoed.ac.id, Rabu, 26/08/20] Biasanya di masa kemarau setelah habis musim tanam, tanah tadah hujan akan sulit menumbuhkan hasil pertanian.  Namun dengan teknologi superbodi, Petani di Wlahar Wetan sukses menanam dan panen kedelai.   Adalah Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D dan tim desa binaan Fakultas Pertanian / Faperta Unsoed yang mendampingi petani menerapkan teknologi ini.  Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D mengatakan bahwa panen perdana ini merupakan penerapan dari teknologi Superbodi pada tanaman kedelai. Pada Rabu (26/8) panen perdana Kedelai di area persawahan Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas dihadiri oleh Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D bersama tim desa binaan Faperta Unsoed, Wakil Dekan III Faperta, Kepala Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Kab Banyumas, Perwakilan Kecamatan Kalibagor, Lurah Desa Wlahar, dan undangan.

Istilah Superbodi merupakan akronim dari masukkan benih di pertengahan bonggol/bedogol padi. Tanaman Kedelai yang ditanam setelah musim tanaman padi, karena ketersediaan air yang tidak tersedia maka ketika tanaman padi dipangkas dimana bonggol setinggi 3 cm kemudian langsung diberi benih kedelai. “Keuntungannya adalah kedelai waluapun kekeringan karena musim kemarau dan tidak ada air, biji kedelai masih bisa berkecambah dengan baik karena didukung oleh Bonggol tanaman padi sebelumnya yang mempersiapkan kelembaban yang cukup sampai panen”, ungkapnya.  Biasanya dengan teknik tanam biasa jika tanah kering dan retak maka akar kedelai akan patah sehingga akan mati. 

Lebih lanjut Prof. Totok mengungkapkan bahwa keunggulan lain dari tanaman kedelai superbodi ini  yaitu  menghemat biaya karena tidak ada pengolahan tanah, tidak ada pemupukan karena tanaman kedelai masih mampu memanfaatkan sisa pupuk yang diberikan pada tanaman padi sebelumnya. Keuntungan selanjutnya adalah tanaman kedelai ini mampu memutus siklus hidup hama / patogen penyebab penyakit pada tanaman padi. Selain itu tanaman kedelai juga mampu mengikat Nitrogen dari udara, dan memanfaatkan sisa waktu, yang biasanya petani tidak menanam lagi karena sudah tidak tersedia air lagi. 

“Kami prediksi dengan menggunakan metode ubinan kira-kira mencapai 1,4 -1,5 ton per hektar, dengan harga Rp. 7.000,- sampai Rp. 8.000,- perkilogram. Dan itu diperoleh oleh para petani dari panen kedelai ini dengan tidak mengeluarkan biaya untuk pengolahan tanah, untuk pemupukan dan sebagainya, sehingga petani hanya merawat tanaman”, jelasnya.

Kepala Desa Wlahar Wetan atas nama masyarakat Wlahar Wetan mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Pertanian Unsoed yang menerapkan teknologi superbodi tanaman Kedelai, dan hari ini panen perdana. Beliau juga menyampaikan bahwa Fakultas Pertanian Unsoed telah membimbing, mengarahkan & membantu kepada petani Desa Wlahar Wetan.  “Hari ini adalah sudah 3 bulan lebih sejak penaman kedelai dan bisa melakukan panen dengan kondisi kualitas yang sangat bagus, tidak hama satupun, dan berbiji dengan baik”, ungkapnya.

Kepala Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Kab Banyumas juga mengapresiasi hasil penelitian berupa Teknologi Superbodi yang diterapkan pada tanaman kedelai. Beliau bersyukur dengan kondisi seperti ini bisa panen, dan berharap untuk terus dijalankan.

Maju Terus Pantang Mundur, Tidak Kenal Menyerah!