Inovasi Sabun Sepatu dari Limbah Kulit Udang & Biji Lerak
[unsoed.ac.id, Jum, 20/08/21] Salah satu Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan Universitas Jenderal Soedirman / UNSOED tahun 2021 membuat suatu inovasi dan keluaran produk baru yang unik dan kreatif yaitu produk pembersih khusus untuk sepatu. Mahasiswa tersebut berasal dari berbagai jurusan yaitu Shima Faradilla Sulhin dari Jurusan Kimia, Khamidatunnisa dari Akuntansi Internasional, Salsabila Alfi Amalia dari Farmasi, Deni Andaru Raditya Raafi dan Achmad Ridwan Fauzi dari jurusan Ekonomi Pembangunan.
Shima Faradilla Sulhin selaku ketua Tim PKM ini mengatakan bahwa pada awalnya usaha ini bermula dari salah satu anggota tim yang memulai usaha terlebih dahulu terhadap produk yang sama. Tim memutuskan dan berkomitmen untuk mengikuti PKM ini sampai dinyatakan lolos pendanaan dari Kemendikbud. “Hasil kolaborasi ini berhasil menciptakan inovasi suatu produk yang bermanfaat dan bernilai jual tinggi. Produk ini yaitu sabun cuci sepatu yang terbuat dari limbah kulit udang dan ekstrak biji lerak”, jelasnya.
Menurut Shima, produk ini memiliki kreativitas yang cukup tinggi karena sabun cuci sepatu ini berbeda dari sabun lain. Produk ini dibuat oleh mahasiswa dengan meracik dan memadukan formulasi-formulasi yang sudah pernah tim lakukan observasi sehingga produk ini mempunyai tingkat komersial tersendiri agar usaha bisa terus berkembang.
Produk ini diciptakan tidak lepas dari keterkaitan tingkat pencemaran lingkungan terutama pada limbah cair. Pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah cair masih menjadi masalah yang cukup krusial dan harus segera diselesaikan. Kontribusi pencemaran limbah cair di Indonesia didominasi oleh “rumah tangga yang memakai sabun mengandung deterjen dan bahan kimia yang cukup berbahaya secara berlebihan” ungkap Shima. Limbah cair yang berasal dari sabun deterjen dan bahan kimia lainnya akan sulit terdegradasi (non-biodegradable) sepenuhnya oleh lingkungan sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran air.
Selain itu, permasalahan lainnya yang timbul adalah terjadinya fenomena eutrofikasi pada sungai-sungai dan perairan lainnya. Fenomena ini yaitu banyaknya tanaman eceng gondok yang memenuhi seluruh permukaan air. Hal tersebut tentu berbahaya bagi kelangsungan hidup biota dalam air karena akan menghambat masuknya oksigen yang masuk kedalam air.
“Produk dibuat dari limbah udang dan biji lerak dikarenkan bahan-bahan ini yang 100% biodegradable, tidak berbahaya, non-toxic, dan ketersediannya yang melimpah. Berdasarkan kajian literatur yang sudah ada ekstrak biji lerak menghasilkan saponin alami yang mudah terurai sehingga bahan ini yang membuat produk kami ramah lingkungan. Limbah kulit udang juga kami manfaatkan mengingat pengelolaan limbah ini masih sangat rendah, biasanya limbah ini langsung dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga dengan memanfaatkan limbah ini akan menghasilkan nilai tambah yang bermanfaat”, urainya.
Lebih lanjut Shima mengatakan, pelaksanaan program ini dimulai pada 1 Juni lalu yang dibimbing oleh dosen pendamping Dr. Santi Nur Handayani, S.Si., M.Si. Beliau juga mengharapkan dengan adanya ide kreatif ini tidak hanya berlangsung pada saat menjalani program saja tetapi bisa berpotensi untuk keberlanjutan jangka panjang, serta banyak juga generasi muda menjadi terinspirasi untuk terus selalu berkarya dan menciptakan peluang usaha.
Produk yang diciptakan dari kegaiatan program kreativitas dibidang kewirausahaan ini mendapatkan respon banyak dari para konsumen. Terbukti bahwa pada sampai saat ini mereka sudah menjual sebanyak kurang lebih 50 botol ukuran 100 ml seharga 20 ribu dari awal pelaksanaan. Tim memanfaatkan beberapa sosial media dan e-commerce untuk strategi distribusi, promosi,dan pemasaran produk.
“Selain itu, kami juga melakukan kerja sama dengan mitra terkait dalam strategi distribusi dan penjualan produk yaitu dengan usaha jasa cuci sepatu di Purwokerto-Purbalingga” ujar Shima. Limbah kulit udang juga didapatkan dengan bekerja sama terhadap pihak ketiga yaitu beberapa restoran seafood yang tidak mengolah limbah kulit udang kembali. Selain untuk menargetkan agar bisa lolos tahap PIMNAS KE-34 nanti, tim PKM-K UNSOED juga ingin agar usaha ini bisa mengedukasi banyak orang terutama mahasiswa agar tetap berkarya didalam kondisi pandemi.
“Oleh karena itu, untuk keberlanjutan usaha jangka panjang terhadap kami berencana ingin mendaftarkan produk dalam Standar Nasional Indonesia agar produk tetap terlindungi dan terjamin keberadaan maupun mutu kualitasnya. Kami ingin berupaya lebih banyak seperti memberdayakan limbah-limbah kulit udang agar pencemaran bisa terminimalisir dan meningkatkan kerja sama terhadap ke-lebih banyak mitra untuk membantu dalam distribusi maupun mencapai target penjualan”, pungkasnya.
#unsoedmajuterus