Skip to main content

Generasi Soedirman Peka Terhadap Budaya Dan Kesehatan

[unsoed.ac.id, Rab, 08/09/21] Mahasiswa Generasi Universitas Jenderal Soedirman (GENSOED) melakukan suatu penelitian mengenai budaya atau tradisi selamatan bayi di daerah, dimana kaitannya dengan konsep Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kandangserang, Kabupaten Pekalongan pada 27 Juli  hingga 4 Agustus 2021.

Berawal dari ketertarikan mahasiswa kesehatan mengenai fenomena tradisi yang masih dipegang erat oleh masyarakat. Tim PKM-RSH Universitas Jenderal Soedirman memutuskan untuk meneliti tradisi puputan dengan bantuan pendanaan dari kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Tim ini diketuai oleh Nida Salma Mardiyyah (Kesehatan Masyarakat) dengan 4 orang anggota yaitu Eka Nur Cahyaningrum (Kesehatan Masyarakat), Nur Afifah (Ilmu Gizi), Desi Dwi Astuti (Administrasi Publik) dan Ahmad Nur Kholis (Sosiologi). Penelitian ini juga dibimbing oleh Dosen Kesehatan Masyarakat yaitu Ibu Lu’lu Nafisah SKM., MKM., yang merupakan dosen peminatan Kesehatan Reproduksi. Kolaborasi berbagai jurusan ini diharapkan dapat menjawab tujuan penelitian yaitu mengenai proses pelaksanaan Tradisi Puputan hingga kaitannya dengan Konsep KIA dan kepercayaan masyarakat.

Nida Salma Mardiyyah mengatakan bahwa pemilihan Desa Kandangserang menjadi daerah lokasi penelitian yang dipilih karena masyarakatnya masih menerapkan tradisi ini. Desa Kandangserang merupakan suatu wilayah yang berada di bagian selatan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.Desa ini masih kental dengan budaya dan adat istiadatnya, hal tersebut dibuktikan dengan salah satu tradisi yang masih diterapkan oleh hampir seluruh masyarakatnya yaitu Tradisi Puputan.

“Tradisi puputan merupakan tradisi yang dilakukan sebagai wujud rasa syukur orang tua bayi atas lepasnya tali pusar bayi yang terjadi setelah 5-7 hari kelahiran”, jelasnya. Dalam proses tradisi puputan terdapat suatu tahap yang dilakukan oleh Ibu nifas yang telah melahirkan anaknya dan proses tersebut terjadi selama masa nifas yaitu sepanjang 40 hari pasca kelahiran. Proses tersebut yaitu pembatasan pola makan dimana ibu menerapkan beberapa pantangan makanan seperti tidak boleh makan daging atau pun ikan. Selain itu, ada beberapa yang melakukan puasa mutih yang dimulai dari jam 4 sore hingga pagi hari.

Makanan khas yang dianjurkan untuk ibu adalah nasi, tempe, tahu dan kerupuk usek. Makanan yang dikonsumsi oleh  ibu merupakan makanan yang dimasak dengan cara tidak boleh digoreng dan tidak mengandung minyak atau lemak. Kerupuk usek ini merupakan salah satu makanan khas desa Kandangserang dan sangat mudah ditemui di pasaran Kabupaten Pekalongan. “Fenomena ini menarik perhatian kami, karena dalam masa nifas seorang ibu membutuhkan asupan makanan bergizi untuk menunjang kualitas ASI yang diproduksi. Tapi di satu sisi, budaya juga merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Sehingga hal ini cukup dilematis, apalagi jika ditinjau dari sudut pandang medis (kesehatan)”, Afifah menambahkan.

Tim berharap bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang akurat terkait pelaksanaan tradisi puputan. Selain menjadi saranan penerapan Tri Dharma Perguruan tinggi, penelitian ini justru membuka mata kami bahwa budaya dan kesehatan ini bisa hidup berdampingan. Tentunya dengan beberapa sentuhan khusus di bidang kesehatan, ya karena berdasarkan fakta. Jadi, tunggu hasil penelitian kami ya semoga bisa bermanfaat bagi semua kalangan, Aamiin Allahumma Aamiin” ungkap Nida.

Lu’lu Nafisah SKM., MKM., selaku pembimbing juga sangat berharap semoga kegiatan PKM dari Kemendikbudristek ini dapat menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mewujudkan kepeduliannya sekaligus belajar langsung kepada masyarakat. Beliau mengatakan bahwa ide – ide kreatif dan inovatif selalu kami nantikan, walaupun keterbatasan kondisi pandemi kami percaya bahwa ide tersebut selalu dapat dikembangkan dan disempurnakan di kemudian hari.

#unsoedmajuterus