Skip to main content

Penanganan PMK Serta Dampak Pada Pembangunan Peternakan Indonesia

[unsoed.ac.id, Rab, 06/07/22] Fenomena merebaknya Penyakit Mulut & Kuku di Indonesia bertepatan dengan menjelang Lebaran Idul Adha (Qurban) membuat masyarakat panic dan peternak mengalami kerugian yang begitu besar. PMK merupakan penyakit dari virus aphthovirus yang mengancam hewan berkaki belah seperti sapi, kambing, babi dan sebagainya, yang menyebar dari hewan ke hewan dengan gejala umum yang sering terjadi pada hewan diawali dengan demam disertai luka – luka melepuh pada mulut, lidah, bibir dan kuku.

Menyikapi permasalahan tersebut Fakultas Peternakan (Fapet) Unsoed menggelar Diskusi Akademik dengan tema “Penyakit Mulut Dan Kuku Serta Dampak Pada Pembangunan Peternakan Indonesia” dengan mengundang narasumber dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Muladno, M.SA, IPU dan Drh. Mohandas Indradji, MP, dan di pandu Moderator  Drh. Diana Indrasanti, M.Biotech. Diskusi dihadiri oleh Dekan, Para Wakil Dekan, Ketua Bagian, Koorprodi, Para Laboratorium dan Guru Besar pada Senin (27/6) bertempat di Ruang Rapat I Fapet Unsoed.

Dekan dalam sambutannya menyampaikan terimakasih kepada narasumber yang telah hadir untuk memberikan wawasan tentang permasalahan PMK yang sedang melanda di Indonesia. Lebih lanjut Dekan mengatakan, dengan sumbangsih narasumber dari IPB diharapkan akan lebih dekat dan erat hubungan dengan Fapet Unsoed dan diharapkan ada kerjasama lebih lanjut dari kedua belah pihak,” jelasnya.

PMK memberikan dampak yang sangat kuat terutama dengan menjelang Idul Qurban, yang membuat tidak nyamannya masyarakat, Peternak dan juga akademisi sebagai ujung tombak dalam penyelesaian terkait riset. “Fapet Unsoed ingin mengawali dengan permasalahan PMK diwilayah Bralingmascakeb khususnya dan Jawa Tengah pada umumnya. Dosen Fapet Unsoed telah berperan dalam penanganan PMK dengan menjadi narasumber di Focus Grup Discussion (FGD) se Eks Bralingmascakeb di Fapet Unsoed, juga di undang oleh Pemda Kabupaten Cilacap,  dan sebagai Narasumber On Air pada Stasiun Radio Republik Indonesia” jelasnya.

Pada kesempatan itu Prof. Muladno menyampaikan materi tentang strategi pengembangan sapi potong rakyat menuju industri perlu dilakukan dengan melakukan reformasi modal, sistem kelembagaan, penciptaan pasar, dan introduksi teknologi peternakan. Menurutnya membangun bisnis korporasi memerlukan mental yang kuat. Mental menjadi bagian tersulit dalam membangun korporasi.

Prof Muladno menceritakan, saat masih menjadi Dirjen Peternakan sesuai dengan kebijakan Presiden Joko Widodo untuk dapat mendorong usaha peternakan rakyat melalui pertanian korporasi. Lebih lanjut beliau menjelaskan  bahwa beliau memiliki strategi sebagai target kerjanya adalah dapat memberikan pemahaman melalui Sekolah Peternak Rakyat (SPR) untuk dapat menampung alumninya dan membentuk korporasi peternak. 

Selanjutnya, dengan membentuk korporasi peternak dapat dimaknai upaya untuk mengembangkan model bisnis melalui konsolidasi peternak, lahan, dan manajemen usaha, sehingga mampu meningkatkan kelembagaan peternak, meningkatkan posisi tawar, memberikan nilai tambah, dan daya saing peternak. Prof Muladno memberikan ilustrasi, “Sederhananya, sektor peternakan dikelola secara korporasi karena lebih efisien dibandingkan dikelola sendiri-sendiri. Peternak dapat membangun kelompok dan membangun industri peternakan dari hulu ke hilir” terangnya.

Narasumber kedua Drh. Mohandas Indradji, M.P menyampaikan Penyakit mulut & kuku merupakan hal yang perlu di telusuri secara jelas, berbeda dengan adanya wabah covid-19 kapan menyebar dan dari negara mana awal penyebarannya. “Namun dengan adanya PMK seperti sekarang ini, kita tidak tau dari mana PMK itu masuk Indonesia”, ungkapnya.

Menurutnya hewan yang sudah terkena PMK satu-satunya jalan harus segera dimusnahkan, pemerintah daerah harus mengusulkan kompensasi ke pusat dengan nilai yang lebih tinggi, niscaya peternak yang memiliki hewan yang terjangkit PMK dengan segala kesadarannya akan melaporkannya.

#unsoedmajuterus