Seminar Internasional Ulas Solusi Bagi UMKM di Masa Pandemi
[unsoed.ac.id, Kam, 08/10/20] Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) selama ini terbukti dapat bertahan dan menjadi tiang yang tangguh menghadapi berbagai badai krisis ekonomi. Namun di tengah-tengah Pandemi Covid-19, UMKM justru sangat merasakan dampaknya dan menjadi salah satu yang sangat terdampak dengan mengalami penurunan pendapatan, kesulitan mengakses permodalan, distribusi yang terhambat, dan masalah lainnya.
Kendati demikian, UMKM tetap memiliki peluang dan kesempatan untuk bertahan dan bangkit. Karena itu, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman (FEB Unsoed) bekerjasama dengan Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto menyelenggarakan Seminar Internasional mengenai Keunggulan Kompetitif yang berkelanjutan atau International Sustainable Competitive Advantage (ISCA) di Laboratorium Terpadu FEB Unsoed, Purwokerto, Kamis (8/10/2020).
Pada kesempatan tersebut, kantor Perwakilan BI Purwokerto melalui Deputinya Mursyidi mengapresiasi Seminar yang mengangkat tema mendefinisikan ulang strategi bisnis UMKM di masa pandemi covid 19. Bahkan BI Purwokerto terus berupaya melakukan bantuan stimulan berupa pendampingan kepada UMKM untuk terus eksis dan tetap berkembang di masa sulit sekarang.
"BI terus mendorong UMKM di wilayah Banyumas untuk beralih penjualannya ke digital dan transaksi non tunai agar UMKM bisa bangkit lagi," jelas Mursyidi. Hal itu dikarenakan pandemi covid 19 telah merubah pola UMKM yang terbiasa bertransaksi secara fisik menjadi non fisik dengan menjaga jarak (social distancing)
Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Ida Fauziyah yang hadir sebagai pembicara dalam seminar daring tersebut mengakui, di tengah pandemi covid 19, UMKM memang mengalami penurunan pendapatan. "Akibat penurunan pendapatan itu menyebabkan sejumlah UMKM mengurangi tenaga kerjanya. Sampai 30 Agustus lalu, berdasarkan data yang himpun depnaker tercatat ada sekitar 630 ribu tenaga informal yang kehilangan pekerjaanya akibat pandemi, dan dari jumlah itu mayoritas pekerja di sektor UMKM,"tandasnya.
Mengingat besarnya signifikan UMKM pada sektor ketenagakerjaan, maka seluruh stakeholder berkewajiban mendukung UMKM demi memajukan perekonomian Indonesia. "Memang revolusi industri 4.0 telah membawa arus digitalisasi ekonomi, penggunaan teknologi informasi yang disebut disrupsi ekonomi menyebabkan banyak jenis usaha dan jenis pekerjaan yang tidak berkembang,"paparnya.
Namun sebaliknya, dengan adanya ekonomi digital menjadi berkembang pesat seperti bisnis startup. "Dampak revolusi Industri 4.0 memunculkan pekerjaan baru yaitu bisnis startup yang berkembang beberapa tahun terakhir. Yang paling besar bisnis startup market place. Tercatat dari Kemenkominfo bahwa bisnis transaksi digital berkembang 78 persen pada tahun 2018 dan hal berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat kecil,"tuturnya.
Dengan pesatnya perkembangan ekonomi digital itu, Menaker berharap sektor UMKM bisa memanfaatkan penjualan dengan digital tersebut agar kembali bangkit.
Sedangkan Wakil Ketua Penyelenggara Seminar bidang Media dan Komunikasi, Nur Choirul Afif menambahkan, Seminar itu diselenggarakan untuk merumuskan bagaimana UMKM dapat bertahan di tengah pandemi.
"Seperti diketahui UMKM sebagai penopang ekonomi nasional juga terdampak pandemi. Karena itu melalui seminar internasional ini, kita harapkan ada rumusan bagaimana UMKM bisa tetap bertahan di situasi seperti saat ini,"imbuhnya.
Maju Terus Pantang Mundur, Tidak Kenal Menyerah!