Skip to main content

Tepung Kulit Ari Kedelai Dari Limbah menjadi Berkah

[unsoed.ac.id, Sel, 19/10/21] Tempe merupakan salah satu pangan yang sering dikonsumsi khususnya oleh masyarakat Banyumas. Terdapat beberapa sentra produsen tempe di Banyumas, salah satunya adalah Desa Pliken. Desa Pliken terletak di Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2019), jumlah pengrajin tempe di Desa Pliken sebanyak 368 orang, dengan total kedelai yang digunakan dalam sebulan sekitar 55 ton (Data Desa Pliken, 2021).

Dalam industri tempe, dihasilkan limbah berupa kulit ari kedelai sebanyak 10% dari total kedelai yang digunakan. Limbah ini mengandung zat gizi seperti energi sebanyak 3060,48 kkal/kg, protein 14,45%, lemak 3,15%, dan serat pangan 47,01% (Rohmawati et al., 2015). Akan tetapi, pemanfaatan limbah kulit ari kedelai dapat dikatakan masih kurang maksimal dikarenakan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan limbah kulit ari kedelai.

Oleh karena itu, mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman / Unsoed yaitu Syifa Ulhusna, Dwi Febrianti, Tri Silfi Salihatin, dan Putri Fajriatin Qona’ah dengan Dosen Pendamping Dr. Nur Aini, S.TP., M.P dari program studi S1-Teknologi Pangan berinisiatif untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Pliken dalam pemanfaatan limbah kulit ari kedelai melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) dengan mengadakan sosialisasi dan pelatihan pengolahan limbah kulit ari kedelai menjadi produk tepung kulit ari kedelai dengan mitra Ibu PKK di Desa Pliken.

Syifa Ulhusna mengatakan bahwa proses pembuatan produk ini dimulai dengan pencucian limbah kulit ari kedelai sebanyak dua kali dengan air hingga bersih, kemudian diperas dan diratakan pada tampah, setelah itu dilanjutkan dengan tahapan penjemuran dengan sinar matahari langsung selama 1-2 hari bergantung pada cuaca hingga dihasilkan kulit ari kedelai yang kering. Proses selanjutnya ialah penggilingan menggunakan grinder, kemudian diayak menggunakan ayakan 60 mesh untuk menghasilkan tepung dengan tekstur halus. “Penyangraian dilakukan dengan penambahan daun pandan untuk memperpanjang umur simpan produk dan mengurangi aroma langu pada tepung”, ungkapnya.

Lebih lanjut dijelaskan bahw atepung kulit ari kedelai (TENGKULAI) dapat diaplikasikan menjadi berbagai produk olahan. Salah satu produk yang sudah dihasilkan ialah SAJULAI (Sagu Keju Tengkulai) dan PISULAI (Pie Susu Tengkulai). Produk olahan dari tepung kulit ari kedelai umumnya memiliki ciri khas berupa tekstur menyerupai biskuit gandum, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti biskuit gandum bagi yang alergi gluten. Dengan adanya produk olahan dari tepung kulit ari kedelai, menjadikan program pelatihan ini dapat memberi manfaat untuk membuka wirausaha baru karena adanya penambahan nilai ekonomi limbah kulit ari kedelai. “Manfaat ini telah dirasakan oleh salah satu mitra program PKM-PM (Ibu PKK Desa Pliken) yang sudah memasarkan produk dan berhasil mendapat profit”, jelasnya.

Kemanfaatan program ini harapannya dapat menjadi motivasi masyarakat khususnya bagi sentra industri tempe untuk dapat mengolah limbah kulit ari kedelai menjadi produk, sehingga limbah tersebut dapat menambah profit.

#unsoedmajuterus