Tim PHP2D UNSOED Dukung Pengelolaan Omah Sampah Desa Papringan
[unsoed.ac.id, Sel, 30/11/21] Desa Papringan merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang belum memiliki pengelolaan terhadap sampah yang dihasilkan. Selama ini sampah di Desa Papringan hanya dikumpulkan kemudian dibuang begitu saja atau dibakar, belum ada tempat pengumpulan sampah dan pengolahan secara khusus. Ketiadaan tempat pengelolaan sampah snagat diperlukan, terlebih adanya Surat Edaran Bupati Banyumas No. 660.1/7776/2018 tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Berdasarkan surat edaran tersebut, pengelolaan sampah yang sebelumnya berbasis pelayanan oleh Pemerintah Daerah dengan pola kumpul, angkut, dan buang ke TPA, berubah menjadi pengelolaan sampah yang dilakukan dari sumbernya dan berbasis masyarakat dengan pola pilah sampah, manfaatkan, dan musnahkan sisanya (yang tidak terpakai di sumber sampah).
Kepala Desa Papringan, Atam berharap tersedianya tempat pengelolaan sampah di Desa Papringan. Akhirnya, diprakarsai kelompok mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Pertanian “Carya Bhuana” dari Universitas Jendral Soedirman dibentuk pengelolaan sampah bersama karang taruna di Desa Papringan. Kegiatan ini mendapat dukungan dari Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Kegiatan PHP2D dimulai sejak Juni 2021 namun awal kegiatan kami fokus pengelolaan limbah kotoran ternak menajadi pupuk. Sekitar 3 bulan lalu kami mulai merintis Omah Sampah dengan membuat bangunan sederhana”, jelas Rainy Giftamarini, Ketua tim PHP2D Carya Bhuana.
Tempat pengelolaan sampah yang bernama “Omah Sampah” ini bertempat di RT 1 RW 1 Desa Papringan atau biasa dikenal daerah “Kalipetung”. Memanfaatkan lahan desa yang tak terpakai, program ini menggandeng mitra yaitu Karang Taruna Jangkar Mas VIII Desa Papringan. Saat ini sudah berdiri bangunan Omah Sampah yang sederhana menanfaatkan baliho dan bambu sebagai bahan bangunannya. Omah sampah sudah mulai beroperasi dalam tahap uji coba. “Setiap rumah tangga diberi dua ember untuk memisahkan sampah organic dan anorganik Kegiatan ini menampung sampah rumah tangga dari warga Desa Papringan yang diambil oleh anggota karang taruna setiap 3 hari sekali. Sampah yang telah diambil nantinya akan dipisah lebih lanjut di Omah Sampah”, jelasnya.
Lebih lanjut dipaparkan bahwa sampah organik diolah menjadi pakan larva lalat tentara hitam atau biasa dikenal dengan maggot BSF dan menjadi pupuk organik. Maggot BSF berguna mengurai sampah organik dan menghasilkan kotoran yang dapat digunakan sebagai pupuk. Sampah anorganik dipisah sesuai jenisnya dan dijual kepada pengepul daerah sekitar. Hasil dari penjualan sampah anorganik digunakan untuk operasional dan tambahan pemasukan. Rencana jangka panjang pengelolaan sampah anorganik akan dicacah sehingga mampu menaikkan nilai jual dan dapat dibuat menjadi barang lainnya. Selain dijual, sampah anorganik juga dapat dibuat hiasan atau barang-barang perlengkapan rumah tangga lainnya.
Pengelolaan Omah Sampah menjadi langkah kecil kelompok pemuda menjaga lingkungan serta menggerakkan usaha kecil di desa. Langkah kecil yang tentu membutuhkan ketekunan, dukungan dan peran serta masyarakat maupun pemerintah.
“Kami sedang memulai semoga kegiatan ini bisa memberikan manfaat untuk lingkungan desa dan memberikan kegiatan positif untuk karang taruna”, tutup Kholifatul Habsi, Ketua Karang Taruna Desa Papringan.
#unsoedmajuterus