Skip to main content

Mahasiswa PMM4 Jelajah Banyumas Kota Lama, Pelajari Keragaman Budaya

[unsoed.ac.id, Sel, 28/05/24] Sebanyak 171 Mahasiswa Inbound UNSOED dari 48 Perguruan Tinggi di luar Pulau Jawa pada program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Batch 4 (PMM 4) mengikuti Kegiatan Modul Nusantara kelas Kebhinekaan 8, Sabtu (25/05/2024). Tema yang diangkat kali ini yaitu “Jelajah Banyumas Kota Lama Untuk Pelajari Keragaman Budaya”.

LP3M yang di ketuai oleh Ir. Juni Sumarmono, Ph.D, IPU, ASEAN, Eng. Dan Koordinatoor Perguruan Tinggi Program PMM Dr. Wisnu Widjanarko, selaku Lembaga penyelenggara kegiatan PMM4 memberikan ruang yang luas bagi mahasiswa PMM untuk mempelajari budaya tanah jawa khususnya Banyumas.

Kunjungan pertama yaitu di Bale Adipati Mrapat yaitu kantor Kecamatan Banyumas yang dulunya merupakan Kantor Kabupaten Banyumas sebelum diindahkan ke Kota Purwokerto. Mahasiswa disambut Oleh Camat Banyumas Oka Yudhistira Prayuda, M.Si dengan ramah menceritakan sejarah berdirinya Kabupaten Banyumas, Para tokoh nasional yang berasal dari Kabupaten Banyumas dan proses perpindahan pusat pemerintahan ke Kota Purwokerto.

Dalam kesempatan ini Camat Oka Yudisthira menyampaikan apresiasi atas antusiasme mahasiswa PMM4 yang tertarik mempelajari budaya Banyumas dan berharap dengan mempelajari budaya daerah lain akan semakin memupuk rasa cinta tanah air dan kebhinekaan. Dalam kesempatan ini mahasiswa juga disuguhkan tarian Lengger oleh Lengger Lanang Agus Widodo atau nama panggungnya Agnes.

Lengger merupakan kesenian tari tradisional dari daerah Banyumas yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Banyumas sebagai penderes dan perajin gula kelapa. Pada jaman dahulu arian lengger di mainkan oleh laki-laki untuk mengecoh penjajah agar tidak berbuat asusila terhadap penari perempuan.

Kunjungan kedua yaitu ke Omah Gamelan di sebuah sanggar kesenian yang mewadahi masyarakat yang ingin tmelestarikan kesenian karawitan. Mahasiswa diperkenalkan beragam alat musik dalam perangkat gamelan dan belajar cara menabuh (membunyikan) alat musik tradisional gamelan sampe tercipta harmoni musik pengiring goro-goro dalam kesenian wayang kulit.

Kemudian dilanjutkan mengunjungi Kampung Nopia. Daerah ini disebut Kampoeng Nopia Mino sebab dalam satu RT (RT 03 RW 04) yang terdiri dari 110 Kepala Keluarga itu, 21 diantaranya merupakan perajin home industri nopia/mino. Berkembang menjadi wisata swadaya, Kampoeng Nopia Mino sepenuhnya merupakan gagasan masyarakat RT 03 RW 04 Desa Pekunden. Wisata Kampoeng Nopia Mino ada untuk mempertahankan ciri khas pembuatan nopia/mino Banyumas (menggunakan genthong), dan untuk meningkatkan kualitas produksi serta pendapatan perajin nopia/mino. Sepanjang tempat menuju kampung nopia dihiasi oleh spot-spot foto sehingga menarik animo pengunjung domestik maupun mancanegara.

Pada kesempatan ini mahasiswa juga belajar membuat Nopia langsung dipandu oleh juru masak ahli pembuat Nopia Pak Agus. Hasil praktek langsung dinikmati oleh mahasiswa disela-sela jeda makan siang. Nanda Setia Saputra mahasiswa asal universitas Malikussaleh Aceh menyatakan sangat antusias dan menyukai makanan ini sehingga membeli beberapa bungkus untuk dikirmkan ke keluarganya di Aceh.

Lokasi kunjungan ke 4 yaitu mengunjungi pusat Batik Mruyung milik Bapak Hadirtiyanto. Batik Mruyung menampung kreasi para pengrajin kecil dan produksi skala Industri untuk dipasarkan di Wilayah Banyumas Raya. Mahasiswa belajar membatik tulis dan batik cap sekaligus teknologi pencelupan untuk menyempurnakan warna kain setelah di tulis dengan canting dan malam. Selepas membatik, mahasiswa menikmati sore hari di sekitaran Banyumas kota lama dan Tamansari untuk menikmati jejak peninggalan sejarah Banyumas Tempo Doeloe. Dalam kesempatan ini mahasiswa sangat menikmati dan mengabadikan moment dengan berfoto bersama maupun membuat video untuk diunggah di sosial media.

Indriyati, Hardiningrum, M,Pd selaku koordinator dosen Modul Nusantara menuturkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai ragam kebudayaannya dan menjunjung tinggi toleransi, sehingga kelas kebhinekaan ini diharapkan mampu menjadi media yang dapat meningkatkan rasa cinta tanah air dan persatuan. Hal Senada di tuturkan oleh Dr. Wisnu Widjanarko bahwa kelas kebhinekaan merupakan upaya untuk memupuk kecintaan akan ragam budaya, suku, bahasa dan tradisi yang harus di jaga dalam rumah besar Indonesia.

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka tahun 2024 (PMM 4) merupakan salah satu program MBKM yang diselenggarakan oleh Kemendikbud Ristek yang memberikan kesempatan belajar di perguruan tinggi di Indonesia sekaligus memperkuat persatuan dalam keberagaman. Selama satu semester mahasiswa berkuliah di kampus yang berada di luar pulau, mengambil 16 SKS mata kuliah regular dan 4 SKS matakuliah Modul Nusantara, yaitu merupakam rangkaian kegiatan yang difokuskan untuk menciptakan pemahaman komprehensif tentang kebinekaan, inspirasi, refleksi, dan kontribusi sosial yang didesain melalui pembimbingan secara berurutan dan berulang. 

Dalam pelaksanaan Modul Nusantara, Mahasiswa Peserta PMM 4 dibimbing oleh Dosen Modul Nusantara (Dosen MN) dan dibantu oleh liaison officer (LO). Didalam Modul Nusantara terdiri atas 8 Kelas kebhinekaan, 5 kelas refleksi, 2 kelas inspirasi dan 1 kelas kontribusi sosial. (ohr)

#unsoedmajuterus

#merdekamajumendunia